TEORI KONSUMSI

Kurva Permintaan Pasar diturunkan dari permintaan individu atau perorangan (individual consumer demand). Permintaan individu diturunkan (diderevasi) dari teori konsumsi.Pendekatan teori konsumsi dengan 2 cara yaitu:
1.Fungsi kegunaan (the utility approach) ada sejak tahun 1870 an. Dikembangkan oleh Willian Stanley Jevons dari Inggris, Karl Menger dari Austria, Leon Walras dari Perancis.
2.Kurva indiferens (the indifference curve approach)

Prinsip teori Utilitas:

1.Barang (goods) yang di konsumsi mempunyai sifat semakin banyak akan semakin besar manfaatnya. Dengan demikian, jika sesuatu yang bila dikonsumsi semakin banyak justru mengurangi kenikmatan hidup (bad) tidak dapat didefinisikan sebagai barang, misalnya penyakit.

2.Utilitas (utility) adalah manfaat yang diperoleh seseorang karena ia mengkonsumsi barang, Dengan demikian Utilitas merupakan ukuran manfaat (kepuasan) bg seseorang karena mengkonsumsi barang. Keseluruhan manfaat yang diperoleh konsumen karena mengkonsumsi sejumlah barang disebut dengan Utilitas total (Total Utility) Utilitas marjinal (marginal utility) adalah tambahan manfaat yang diperoleh karena menambah satu unit konsumsi barang tertentu.

3.Pada teori Utilitas berlaku Hukum Pertambahan Manfaat yang Makin Menurun (The law of Diminishing marginal utility) yaitu bahwa awalnya sesorang konsumen mengkonsumsi satu unit barang tertentu akan memperoleh atambahan Utilitas (manfaat) yang besar, akan tetapi tambahan unit konsumsi barang tersebut akan memberikan tambahan Utilitas (manfaat yang semakin menurun, dan bahkan dapat memberikan manfaat negatif. Dengan kata lain, Utilitas marjinal (MU) mula-mula adalah besar, dan semakin menurun dengan meningkatnya unit barang yang dikonsumsi.

4.Pada teori Utilitas berlaku konsistensi preferensi, yaitu bahwa konsumen dapat secara tuntas (complete) menentukan rangking dan ordering pilihan (preference, choice) diantara berbagai paket barang yang tersedia. Konsep ini disebut dengan Transitivity dan rasionalitas. Misalnya, jika A lebih disuka dari B atau A>B, dan B lebih disukai dari C atau B>C, maka harus berlaku A lebih disuka dari C, atau A>C.

5.Pada teori Utilitas diasumsikan bahwa konsumen mempunyai pengetahuan yang sempurna berkaitan dengan keputusan konsumsinya. Mereka dianggap (diasumsikan) mengetahui persis kualitas barang, kapasitas produksi, teknologi yang digunakan dsb.

Teori Utilitas disebut dengan teori kardinal (pendekatan dengan menggunakan nilai absolut) karena unit kegunaan (unit Utilitas = util) dihitung dalam skala interval, sehingga tingkat kegunaan dapat dijumlahkan menjadi total Utilitas (TU), dan marginal utility (MU)
Secara sederhana MU dapat diartikan atau diartikan perubahan total Utilitas karena perubahan 1 unit Q (barang yang dikonsumsi).
Misalnya: (Kurva 1)

Dari tabel tersebut terlihat bahwa nilai TU terus bertambah hingga jeruk ke-6, sedangkan MU bertambah dengan pola menurun, higa unit jeruk ke-7 nilai MU mencapai 0 yang berarti TU telah maksimal (titik jenuh/ saturation point)

Teori kegunaan kardinal ini telah banyak digunakan para ekonom, mengingat sngat sulit untuk mewngukur Utilitas (kegunaan) dari konsumsi suatu paket barang secara kardinal. Teori Utilitas ini diperbaiki oleh Vilvredo Pareto (1906) yaitu dengan skala kardinal menjadi Ordinal

Kurva Indiferens / Teori Utilitas Ordinal (The Indifference Curve Approach)

Kurva indiferens adalah kurva yang menghubungkan titik-titik tempat kedudukan paket kombinasi konsumsi dua barang yang memberikan tingkat kepuasan (kegunaan) yang sama. (dinilai dalam skala ordinal).

Indiferens Curve mempunyai persyaratan:

1.Konsistensi (prinsip Transitivity); jika Misalnya, jika A lebih disuka dari B atau A>B, dan B lebih disukai dari C atau B>C, maka harus berlaku A lebih disuka dari C, atau A>C. berarti kurva indeferens tidak saling berpotongan. Titik E pada gambar (b) seolah-olah berpotongan, sebenarnya titik E ada pada salah satu Kurva indiferens . (semakin jauh Kurva indiferens terhadap titik origin maka akan semakin tinggi tingkat kepuasan konsumen A > B > C

2.Banyak lebih disuka dari pada sedikit (more is better) juga merupakan alasan rasional sehingga Kurva indiferens yang berada di sisi kanan lebih disuka. (Gambar (c)) titik 2 lebih disuka dari titik 1. titik 4 dan 5 bersifat indiferens terhadap titik 1.

3.Tidak harus paralel, karena perubahan Utilitas tidak harus proporsional, tetapi syarat (2) harus dapat dipakai

4.Kurva indiferens menurun dari kiri atas ke kanan bawah (downward slopping) dan sembung terhadap titik orogin (convex to origin)

Marginal Rate of Substitution (MRS)

Jika konsumen ingin meningkatkan konsumsi salah 1 barang maka harus mengurangi kuantitas barang lain yang dikonsumsi. Dalam kasus ini apabila konsumen akan menambah barang x maka harus mengurangi konsumsi barang Y (trade off). Hal ini yang disebut sebagai daya substitusi marginal (Marginal Rate of Substitution (MRS)

MRS XY = -

U = F (X,Y)
du = (dU/dX). dX + (dU/dY). dY = 0
du = MUX . dX + MUY. dY =0

MUX .dX = -MUY . dy atau
(Bertanda negatif berarti miring dari kiri atas ke kanan bawah)


Contoh Soal:
Dalam mengkonsumsi kopi (X) dan rokok (Y), P. Rames memiliki fungsi kepuasaan total sebagai berikut:

TU = 17X + 20Y -2X2 – Y2
Bila diketahui bahwa uang yang dianggarkan P. Rames untuk membeli ke-2 barang tersebut adalah Rp. 22.000,- harga kopi adalah Rp. 3000,- dan rokok adalah Rp.4.000,-, tentukanlah:
a)Banyaknya kopi dan rokok yang dikonsumsi P. Rames agar ia memperoleh kepuasan maskimal.
b)Pada tingkat pembelian soal (a) berapakah besarnya kepuasan total (TU), kepuasan marjinal dari kopi (MUX) dan kepuasan marjinal dari rokok (MUY) yang diperolehnya.

Read more...

 
 

EFISIENSI PASAR

Surplus Konsumen --> Keuntungan yang diterima konsumen/pembeli dari keikutsertaannya di pasar
Surplus Produsen --> Keuntungan yang diterima penjual/produsen atas keikutsertaannya di pasar.

Surplus Konsumen dan Surplus Produsen adalah perangkat dasar yang digunakan para ekonom untuk mengukur kesejahteraan ekonomis para penjual dan pembeli di sebuah pasar.

1.PENGATUR EKONOMI YANG BIJAK
a.Efficiency (Efisiensi)
b.Equity (Kesamarataan)

EFISIENSI

Untuk memaksimalkan kesejahteraan ekonomi bagi segenap warga masyarakatnya:

Mengetahui cara pengukuran kesejahteraan ekonomis bagi masyarakatnya  Menghitung seluruh surplus produsen dan surplus konsumen (Surplus Total/total surplus).

Surplus Konsumen = nilai barang bagi pembeli - harga yang dibayarkan pembeli.

Surplus Produsen = jumlah yang diterima penjual - biaya produksi yang dipikul penjual.

Total Surplus = nilai barang bagi pembeli - jumlah yang dibayar pembeli + jumlah yang diterima penjual - biaya produksi yang dipikul penjual.

Jumlah yang dibayarkan pembeli sesungguhnya sama dengan jumlah yang diterima penjual, sehingga kita bisa menghilangkan kedua elemen tersebut dari rumus di atas. Atas dasar itu kita dapat menyederhanakan rumus surplus total sebagai berikut:

Total Surplus = nilai barang bagi pembeli - biaya produksi.

Total Surplus adalah nilai total yang diberikan pembeli atas suatu barang/jasa, yang dihitung berdasarkan angka kesediaan membeli, dikurangi biaya produksi barang/jasa tersebut yang harus ditanggung penjual, yang biasa dihitung melalui angka kesediaan menjual.

Jika suatu alokasi sumber daya dapat memaksimalkan Surplus Total, maka alokasi itu dikatakan memiliki efisiensi (efficiency). Apabila suatu alokasi tidak memiliki efisiensi, maka sebagian keuntungan dari perdagangan antara penjual dan pembeli tidak terwujud, dan hilang begitu saja.

Contoh:
Alokasi yang ada di suatu pasar disebut tidak efisien jika:
1.Ada suatu jenis barang yang tidak diproduksi dengan biaya terendah. Dalam kasus ini, kegiatan produksi barang tersebut sebaiknya dialihkan dari produsen lama ke produsen yang bisa menurunkan biayanya agar Surplus Total di pasar yang bersangkutan dapat meningkat.
2.Suatu barang/jasa tidak dibeli oleh konsumen yang memberikan penilaian tertinggi terhadap barang/jusa tersebut. Pada kasus ini, kegiatan konsumsi tersebut juga sedapat mungkin dialihkan dari pembeli yang memberi penilaian rendah ke pembeli lain yang memberikan penilaian lebih tinggi terhadap barang/jasa tadi, demi meningkatkan surplus total (perhatikan gambar berikut ini).


Keseimbangan terjadi pada P* = $ 6 dan Q* = 4 tape per minggu. Pada titik E, pengeluaran sebesar $ 24 (6 x 4). Total surplus $ 8 (1/2 x 4 x 4) per minggu. Pada titik E juga, produsen menerima $ 24 per minggu dan surplus produsen $ 8. Total surplus adalah $ 16 per minggu. Kondisi tersebut adalah efisien karena memberikan total surplus tertinggi.

Jika harga tape $ 6 tetapi jumlah outputnya hanya 3 per minggu, surplus konsumen dan produsen masing-masing $ 7.5 , sehingga total surplus $ 15 per minggu. Total surplus berkurang $ 1. Begitu juga sebaliknya. Saat harga $ 6 dan outputnya 5, maka total surplus $ 15.

KESAMARATAAN


Kesamarataan (equity) -->Aspek keadilan atau pemerataan distribusi kesejahteraan di antara segenap pembeli dan penjual.

Ibarat sebuah kue yang harus dibagi-bagi untuk semua penjual dan pembeli. Efisiensi berfokus pada ukuran kue tersebut, sedangkan keseimbangan/kesamarataan mempersoalkan pembagian kue itu, adil atau tidak.

Evaluasi terhadap keseimbangan lebih sulit dilakukan daripada evaluasi efisiensi. Kita dapat menilai tinggi rendahnya efisiensi berdasarkan angka-angka pasti atau ukuran positif; sedangkan dalam menilai keseimbangan, kita dihadapkan pada ukuran-ukuran normatif yang bersifat relatif. Kalau kita bicara ukuran normatif, itu berarti kita mulai keluar dari kaidah-kaidah ekonomi, dan memasuki filsafat politik.

2.EVALUASI EKUILIBRIUM PASAR

Gambar 7.9 berikut ini memperlihatkan surplus produsen dan surplus konsumen ketika pasar berada pada kondisi ekuilibrium penawaran dan permintaan. Anda tentu masih ingat bahwa surplus konsumen sama dengan bidang yang berada di atas garis harga dan di bawah kurva permintaan, sedangkan surplus produsen adalah bidang di bawah garis harga dan atas kurva penawaran. Dengan demikian, total bidang antara kurva permintaan dan kurva penawaran sampai pada titik perpotongannya (titik ekuilibrium) mencerminkan surplus total yang ada di pasar ini.

Surplus Total, yakni penjumlahan antara surplus konsumen dan surplus produsen, adalah bidang yang terletak di antara kurva penawaran dan kurva permintaan, sampai pada kuantitas ekuilibrium.

Apakah alokasi sumber daya pada kondisi ekuilibrium ini efisien ? Apakah surplus totalnya sudah maksimum ? Untuk menjawab pertanyaan ini, ingatlah bahwa ketika sebuah pasar berada dalam kondisi ekuilibrium, maka harga akan menentukan keikutsertaan penjual dan pembeli di pasar yang bersangkutan. Para pembeli yang menaksir nilai suatu barang melebihi harganya (dicerminkan oleh penggalan AE pada kurva permintaan) akan memutuskan untuk membeli barang tersebut. Sedangkan (calon) pembeli yang taksiran nilainya atas barang tadi lebih rendah daripada harganya (dicerminkan oleh penggalan EB pada kurva permintaan), tidak akan membelinya. Demikian pula, para penjual yang biaya produksinya lebih rendah daripada harganya (dicerminkan oleh penggalan CE pada kurva penawaran) akan memproduksi dan menjual barang tersebut, sedangkan produsen yang biaya produksinya melampaui harga yang berlaku (dicerminkan oleh penggalan ED pada kurva permintaan), akan memilih untuk tidak berproduksi.

Dari pengamatan tersebut, kita dapat menarik dua kesimpulan pokok mengenai hasil-hasil yang dibuahkan oleh mekanisme pasar bebas, sebagai berikut:
1.Pasar bebas mengalokasikan penawaran barang kepada pembeli yang memberikan penilaian tertinggi atas barang itu, yang dapat diukur berdasarkan kesediaan membelinya.
2.Pasar bebas mengalokasikan permintaan atas suatu barang kepada para penjual yang mampu memproduksikannya dengan biaya yang paling rendah.
3.Pasar bebas memproduksikan suatu barang dalam kuantitas tertentu yang dapat memaksimalkan seluruh surplus produsen dan surplus konsumen.

Jika kuantitas barang lebih rendah daripada kuantitas ekuilibrium, maka nilai barang bagi pembeli melebihi biaya yang harus ditanggung penjual. Sebaliknya, apabila kuantitas barang lebih tinggi daripada kuantitas ekuilibrium, maka nilai suatu barang bagi pembeli akan lebih rendah daripada biaya yang harus ditanggung penjual. Dengan demikian, ekuilibrium pasar akan memaksimalkan seluruh surplus produsen dan surplus konsumen.

Untuk mengetahui penjelasannya, silahkan simak Gambar 7.10 Ingat bahwa kurva permintaan mencerminkan nilai suatu barang bagi pembeli sedangkan kurva penawaran melambangkan biaya produksinya yang harus dipikul penjual. Pada kuantitas yang lebih rendah daripada kuantitas ekuilibrium, maka nilai barang bagi pembeli akan melebihi biaya yang harus ditanggung penjual. Dalam situasi ini, peningkatan kuantitas barang akan dapat menaikkan surplus total, namun peningkatan itu harus dihentikan begitu kuantitas barang menyamai kuantitas ekuilibrium karena jika kuantitasnya lebih tinggi daripada kuantitas ekuilibrium, maka nilai barang tersebut bagi pembeli akan lebih rendah daripada biaya yang harus ditanggung penjual. Jika peningkatan tetap diteruskan, maka surplus akan mengalami kemerosotan.

Dengan tiga kesimpulan tentang hasil-hasil pasar di atas, maka jelaslah bagi kita bahwa ekuilibrium pasar memaksimalkan seluruh surplus produsen dan surplus konsumen. Dengan kata lain, kondisi ekailibrium itu identik dengan alokasi sumberdaya yang efisien. Karenanya, tugas si pejabat tadi sebenarnya sangat mudah. la cukup membiarkan pasar bekerja sebagaimana adanya, dan ia tidak perlu berbuat apa-apa lagi. Kesimpulan ini pula yang menjadi alasan bagi para ekonom untuk menganjurkan penerapan pasar bebas sebagai mekanisme alamiah untuk mengorgansasikan berbagai kegiatan ekonomi.
.
KESIMPULAN:

EFISIENSI PASAR DAN KEGAGALAN PASAR

Bab ini memperkenalkan dua perangkat analisa dasar dari ilmu ekonomi kesejahteraan, yakni Surplus Konsumen dan Surplus Produsen, serta menjelaskan penerapannya guna mengevaluasi efisiensi pasar bebas. Dalam bab ini dijelaskan pula bahwa kekuatan penawaran dan permintaan dapat mengalokasikan sumber daya secara efisien. Itu berarti meskipun setiap penjual dan pembeli di pasar hanya mengejar kepentingan masing-masing, interaksi mereka secara keseluruhan terbimbing oleh mekanisme tangan tak nampak, sedemikian rupa sehingga mengarah kepada suatu ekuilibrium yang memaksimalkan keuntungan total bagi segenap pembeli dan penjual.

Kesimpulan:
Ppasar itu efisien didasarkan pada sejumlah asumsi/pengandaian tentang fungsinya yang tidak sama dengan kenyataan yang ada. Jika asumsi-asumsi tersebut tidak terwujud, maka dengan sendirinya kesimpulan kita tersebut tidak berlaku.

Dua asumsi paling penting yang melandasi kesimpulan kita mengenai efisiensi pasar tersebut.
1.Bahwa pasar bebas itu bersifat kompetitif sempurna. Padahal dalam kenyataan sehari-hari, kompetisi/persaingan yang berlangsung di pasar sering jauh sekali dari sempurna. Di sebagian pasar, ada pembeli atau penjual tunggal (atau sekelompok kecil produsen/konsumen) yang sepenuhnya menguasai harga. Kemampuan suatu pihak dalam menentukan harga secara sepihak inilah yang disebut sebagai "kuasa pasar" (market power), Keberadaan kuasa pasar mengakibatkan pasar menjadi tidak efisien karena hal itu menjauhkan harga dan kuantitas ideal dari ekuilibrium penawaran dan permintaan.
2.Hasil-hasil pasar hanya berkaitan dengan kepentingan pembeli dan penjual. Padahal dalam kenyataannya, keputusan-keputusan para pembeli tidak hanya mempengaruhi mereka saja, namun juga mempengaruhi orang-orang yang sama sekali tidak terlibat, dalam interaksi pasar. Polusi adalah contoh klasik hasil interaksi pasar yang mempengaruhi semua pihak, termasuk mereka yang tidak berpartisipasi di pasar. Dampak sampingan inilah yang lazim disebut sebagai "eksternalitas" (externality). Itu berarti ke¬sejahteraan di suatu masyarakat sesungguhnya tidak bisa diukur semata-mata berdasarkan penilaian pembeli atas suatu barang/jasa atau hitungan biaya produksi yang dipikul produsen. Karena para pembeli dan penjual biasanya mengabaikan dampak-dampak sampingan tersebut dalam membuat keputusan apa dan berapa yang akan mereka konsumsi atau produksi, maka ekuilibrium yang tercipta di pasar yang bersangkutan bisa jadi tidak akan efisien jika dilihat dari sudut pandang masyarakat secara keseluruhan.

Keberadaam kuasa pasar dan eksternalitas merupakan dua bentuk menonjol dari apa yang disebut sebagai "kegagalan pasar" (market failure), yakni ketidakmampuan sebagian pasar bebas sehingga tidak dapat mengalokasikan sumber-sumber daya secara efisien. Ketika pasar gagal, ada kalanya kebijakan pemerintah dapat membantu memperbaiki situasi, dan memperbaiki efisiensi ekonomi. Para ahli mikroekonomi mencurahkan perhatian lebih banyak untuk mempelajari gejala-gejala kegagalan ekonomi, dan jenis-jenis kebijakan yang tepat untuk memperbaikinya. Pada saat Anda berada pada tahap Ianjutan dalam mempelajari ilmu ekonomi, Anda akan memerlukan perangkat-perangkat analisis ekonomi kesejahteraan yang telah kita simak dalam bab ini.

Meskipun pasar bisa dan memang seringkali gagal dalam mengalokasikan sumberdaya secara efisien, kemampuan mekanisme tangan tak nampak dari pasar bebas itu tetaplah sangat penting. Di banyak pasar, asumsi-asumsi yang kita pakai hadir secara utuh sehingga efisiensi pasar pun tercipta. Di samping itu, analisis kita mengenai ilmu ekonomi kesejahteraan dan efisiensi pasar berguna untuk memahami berbagai kebijakan yang diterapkan pemerintah. Pada dua bab berikutnya kita akan menerapkan perangkat-perangkat analisis yang baru saja kita pelajari di sini untuk mempelajari dua kebijakan yang sangat penting dalam kehidupan ekonomi sehari-hari dewasa ini yakni perpajakan dan perdagangan internasional.

Read more...

 
 

KONSUMEN, PRODUSEN, DAN EFISIENSI PASAR

Pembeli selalu menginginkan harga yang semurah mungkin. Penjual senantiasa mengharapkan harga yang setinggi-tingginya.




Topik
Ekonomi Kesejahteraan (welfare economics)  Studi tentang bagaimana alokasi sumber daya mempengaruhi kesejahteraan ekonomis.

a. Menelaah keuntungan yang diperoleh para produsen dan konsumen dari keikutsertaan mereka di sebuah pasar.
b. Melihat bagaimana masyarakat berupaya membuat keuntungan sebesar-besarnya.
c. Bahwa Kondisi Ekuilibrium (Penawaran sama dengan Permintaan) penawaran dan permintaan di suatu pasar akan memaksimalkan keuntungan yang diterima para penjual dan pembeli.

SURPLUS KONSUMEN

Surplus Konsumen (Consumer Surplus)
 Kesediaan konsumen membayar dikurangi jumlah yang sebenarnya dibayarkan konsumen.
 Selisih antara kesediaan konsumen membayar dengan nilai yang sesungguhnya ia bayarkan.
 Selisih antara kesediaan membayar dengan harga pasar.

Studi Ilmu Ekonomi Kesejahteraan dilihat dari keuntungan yang diterima pembeli/konsumen dari keikutsertaannya di sebuah pasar.
a. Kesediaan Membayar (willingness to pay)  Jumlah maksimum yang mau dibayar oleh konsumen untuk memperoleh suatu barang
Contoh Lihat Tabel 7.1
b. Penggunaan Kurva Permintaan untuk Mengukur Surplus Konsumen
 Hubungan antara ketinggian kurva permintaan dengan kesediaan membayar para calon pembeli
 Pada setiap kuantitas permintaan, harga yang ditunjukkan oleh kurva permintaan sama dengan kesediaan membayar "pembeli marginal" (marginal buyer), yakni pembeli yang akan langsung meninggalkan pasar begitu harga naik lagi
 Contoh Lihat Tabel 7.2 dan Gambar 7.1
c. Bagaimana Harga yang Lebih Rendah Meningkatkan Surplus Konsumen
 Pembeli senantiasa menginginkan harga yang lebih rendah untuk setiap barang atau jasa yang akan mereka beli, maka penurunan harga akan memperbesar kesejahteraan pembeli
 Tambahan surplus konsumen itu ada dua macam
a. Para pembeli lama yang dulu memberi produk yang bersangkutan (Q1) dengan harga awal yang lebih tinggi (P1)  Kenaikan surplus konsumen para pembeli lama ini identik dengan penurunan harga yang mereka bayarkan
b. Memperoleh kenaikan kesejahteraan karena kini mereka bisa membelinya dengan harga lebih murah (P2)  Surplus komsumen yang dinikmati oleh para pembeli baru tertarik ikut berpartisipasi di pasar setelah harga turun. Karena adanya pernbeli baru ini, maka kuantitas permintaannya bertambah dari Q1 menjadi Q2.
 Contoh Lihat Tabel 7.3
d. Apa yang Diukur Surplus Konsumen
 Tujuannya adalah untuk membuat penilaianan normatif tentang diinginkan atau tidaknya hasil yang dibuahkan oleh mekanisme pasar.
 Merupakan ukuran yang baik bagi kesejahteraan ekonomis konsumen
 Menghormati preferensi (pilihan, atau kecenderangan perilaku) pembeli.
 Merupakan cerminan kesejahteraan ekonomis para konsumen.

SURPLUS PRODUSEN

Surplus Produsen (Producers Surplus)
 Jumlah pembayaran yang diterima penjual dikurangi biaya yang dipikulnya.
 Selisih antara pendapatan penjual dikurangi biaya produksi.
 Mengukur keuntungan produsen atas keikutsertaannya di sebuah pasar.
 Selisih antara kesediaan menjual dan harga pasar.

Mempelajari keuntungan yang diterima oleh penjual/produsen dari partisipasi mereka di suatu pasar:
a. Biaya dan Kesediaan Menjual
 Biaya (cost) adalah nilai segala sesuatu yang harus dikorbankan penjual dalam memproduksi suatu barang
 Contoh Lihat Tabel 7.3
b. Penggunaan Kurva Penawaran untuk Mengukur Surplus Produsen
 Berhubungan erat dengan antara ketinggian kurva penawaran dengan biaya atau kesediaan menjual
 Pada setiap kuantitas penawaran, harga yang ditunjukkan oleh kurva penawaran sama dengan kesediaam menjual "penjual marginal" (marginal seller)  yakni penjual yang akan langsung meninggalkan pasar begitu harga mengalami penurunan
 Contoh Lihat Tabel 7.3 (Data Kesediaan Menjual) dan 7.4 (skedul penawaran)
 Bidang yang terletak di bawah garis harga dan di atas kurva penawaran mengukur surplus produsen di suatu pasar
c. Bagaimana Harga yang Lebih Tinggi Meningkatkan Surplus Produsen.
 Penjual selalu menginginkan harga yang lebih tinggi untuk setiap barang atau jasa yang mereka produksikan.
 Kenaikan akan memperbesar kesejahteraan penjual  Contoh Lihat Gambar 7.6.
 Ketika harga naik dari P1 menjadi P2,  kuantitas penawarann naik dari Q1 menjadi Q2,  Surplus Produsen  sebab produsen menerima pendapatan lebih banyak dan sebagian lagi karena adanya produsen/penjual baru yang ikut berpartisipasi di pasar setelah harga meningkat.
 Kenaikan surplus produsen itu terdiri dari dua bagian:
a. Penjual lama yang sejak awal sudah menjual produk yang bersangkutan (Q1) dengan harga awal yang lebih rendah (P1). Mereka memperoleh kenaikan kesejahteraan karena sekarang mereka bisa menjual produknya dengan harga yang lebih tinggi (P2). Kenaikan surplus produsen bagi para penjual lama ini identik dengan selisih harga lama-baru yang mereka terima.
b. Penjual/produsen baru yang tertarik ikut berpartisipasi di pasar setelah harga mengalami kenaikan. Sehubungan dengan adanya para penjual baru ini, maka kuantitas penawarannya bertambah dari Q1 menjadi Q2.
 Contoh Lihat Sewa Ricardian (Ricardian Rent)

Read more...